Beranda | Artikel
Hikmah Allah menguji Para Hamba-Nya Dengan Berbagai Musibah
Rabu, 20 Januari 2021

Dari (Syaikh) Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz untuk semua saudaraku kaum Muslimin.

Semoga senantiasa memberikan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua untuk melakukan segala yang bisa mendatangkan ridha-Nya dan menjauhkan kita dari segala yang mengundang murka dan siksa-Nya. Amin

Assalamu’alaikum wa rahamatullah wa barakatuh

Amma ba’du:

Kaum Muslimin sekalian!

Allâh عزوجل telah menganugerahkan kepada kita berbagai macam kenikmatan dan kebaikan.

Yang terpenting dan yang paling agung adalah nikmat Islam. Inilah nikmat teragung yang tidak bisa disamai oleh apapun jua. Orang yang memahaminya lalu mensyukurinya dan istiqamah

(konsisten) berpegang dengannya, baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka dia pasti

akan beruntung di dunia dan akhirat. Allâh عزوجل berfirman:

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allâh, kalian tidak akan dapat menghitungnya. (QS. Ibrahim/14:34)

Allâh عزوجل juga berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allâh-lah (datangnya), dan bila kamu itimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An-Nahl/16:53)

Oleh karena itu, kita semua wajib bersyukur kepada Allâh عزوجل atas berbagai kenikmatan yang telah dianugerahkan dan kita wajib menghindari perbuatan tidak bersyukur.

Allâh عزوجل berfirman:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allâh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl/16:78)

Bersyukur kepada Allâh عزوجل atas berbagai kenikmatan ini merupakan pengikat bagi kenikmatan itu sendiri yang menjadi factor langgengnya kenikmatan tersebut serta menjadikannya semakin bertambah.

Allâh عزوجل berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih”. (QS. Ibrahim/14:7)

Dalam ayat lain, Allâh عزوجل berfirman:

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ

Karena itu, maka hendaklah Allâh saja yang kamu ibadahi dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur! (QS. Az-Zumar/39:66)

Allâh عزوجل berfirman juga:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah/2:152)

Juga firman-Nya:

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allâh). dan sedikit sekali dari para hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. Saba’/34:13)

Rasûlullâh ﷺ juga pernah mewasiatkan kepada Mu’adz bin jabal untuk membaca doa berikut ini diakhir setiap shalat.

Wahai Allâh! Bantulah aku dalam mengingat-Mu, dalam bersyukur kepada-Mu dan dalam memperbaiki ibadahku kepada-Mu.1

Dengan bersyukur kepada Allâh عزوجل atas berbagai kenikmatan dan dengan mempergunakan

semua nikmat itu pada hal-hal yang bisa mendatangkan ridha Allâh, maka semua masalah akan baik dan keburukan akan berkurang.

Bersyukur kepada Allâh عزوجل atas limpahan nikmat juga termasuk prilaku luhur yang menjadi perhiasan terbaik para Nabi dan pengikutnya.

Mereka senantiasa memohon hidayah taufiq kepada Allâh عزوجل agar bisa bersyukur.

Allâh عزوجل menceritakan tentang Nabi Sulaiman q :

وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Wahai Rabbku! Berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan (berilah aku ilham untuk) untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan para hamba-Mu yang shaleh. (QS. An-Naml/27:19)

Allâh عزوجل juga memuji Nabi Nuh q dalam firman-Nya:

إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

Sesungguhnya dia adalah hamba (Allâh) yang banyak bersyukur. (QS. Al-Isra’/17:3)

BAGAIMANA BERSYUKUR ?

Di antara indikasi bersyukur atas limpahan nikmat tersebut adalah memanfaatkan nikmatnikmat tersebut dalam menjalankan ketaatan kepada Allâh dan tidak mempergunakannya untuk berlaku maksiat kepada-Nya. Indikasi lainnya adalah menceritakan atau membicarakan nikmat nikmat tersebut sebagai bentuk pengakuan bahwa nikmat-nikmat itu dari Allâh عزوجل dan dalam rangka memuji Allâh عزوجل bukan dalam rangka membanggakan diri dihadapan orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan tersebut, tidak juga dalam rangka riya’ dan sum’ah (pamer).

Sebaliknya, kufur nikmat dan tidak bersyukur merupakan sebentuk pengingkaran atau tidak mengakui kebaikan dan keutamaan pemberi dan menjadi salah satu sebab hilangnya kenikmatan dari orang yang menerima kenikmatan tersebut.

Itu juga sebentuk perbuatan zhalim terhadap diri sendiri yang berakibat sangat buruk.

Allâh عزوجل berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا  –   وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams/91:9-10)

Maksudnya, mengotorinya dengan perbuatan maksiat.

Dengan takwa kepada Allâh عزوجل , mentaatiNya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, berbagai kebaikan akan terealisasi dan berbagai keburukan dan segala yang tidak disukai akan tertolak serta akan melanggengkan nikmat-nikmat tersebut.

Allâh عزوجل berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

(QS. Al-A’raf/7:96)

Allâh عزوجل juga berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ

Sesungguhnya Allâh tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan. (QS. Ar-Ra’d/13:11)

HIKMAH UJIAN

Diantara hikmah Allâh عزوجل menguji para hamba-Nya, terkadang dengan kebaikan dan terkadang dengan keburukan, agar keimanan orang-orang yang beriman semakin bertambah, agar dia semakin bergantung kepada Allâh عزوجل .

(Jika) Mereka bersabar terhadap semua qadha’ dan qadar, maka Allâh عزوجل akan melipat gandakan pahala dan ganjaran mereka. Juga agar mereka takut terhadap akibat buruk dari dosa-dosa sehingga akhirnya menahan diri dari dosa-dosa tersebut.

Allâh عزوجل berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.’

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. AlBaqarah/2:155-157)

Allâh عزوجل juga berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah pertolongan Allâh datang?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allâh itu amat dekat. (QS.Al-Baqarah/2:214)

Juga berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allâh orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orangorang yang sabar.

(QS. Ali Imran/3:142)

Juga berfirman:

الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Alif lâm mîm. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut/29:1-3)

Juga berfirman:

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ

Dan sesungguhnya Allâh benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang munafik. (QS. AlAnkabut/29:11)

Juga berfirman:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. AlAnbiya’/21:35)

Dalam ayat-ayat di atas, Allâh عزوجل menjelaskan bahwa Allâh عزوجل pasti akan menguji para hambaNya sebagaimana umat-umat sebelumnya. Jika mereka bersabar menghadapi ujian-ujian tersebut dan bertaubat dan kembali kepada Allâh, maka Allâh عزوجل akan memberikan balasan kepada mereka berupa keridhaan, ampunan dan Allâh akan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya serta mengganti yang hilang dengan kebaikan.

Semua ayat (tanda) yang terjadi di alam ini yang membuat rasa takut dan badan merinding ketakutan, seperti petir yang menyambar, angina ribut, banjir yang menghancurkan tanaman dan manusia, gempa yang meruntuhkan bangunan dan merubuhkan pepohonan serta menyebabkan kematian dan melenyapkan harta benda, letusanletusan gunung di berbagai tempat yang meluluh lantakkan apapun yang ada di sekitarnya, juga gerhana bulan dan matahari dan semua yang Allâh عزوجل gunakan untuk menguji para hamba-Nya agar agar muncul rasa takut terhadap (murka) Allâh عزوجل , juga sebagai peringatan kepada mereka agar tidak terus-menerus melakukan pelanggaran serta agar mereka bertaubat kepada Allâh عزوجل , juga untuk menguji tingkat kesabaran mereka dalam menerima qadha’ dan qadar Allâh عزوجل . Dan sungguh adzab di akhirat itu jauh lebih berat dan perintah Allâh عزوجل itu jauh lebih mulia.

Saat kaum Quraisy menganggap Rasûlullâh ﷺ berdusta, Allâh عزوجل memberitahukan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa Allâh عزوجل telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah mendustakan para Nabi dan Rasul dalam firman-Nya:

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُم بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِن مَّحِيصٍ (36)

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Dan betapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaaf/50:36-37)

Oleh karena itu, wajib atas semua kaum Muslimin untuk bertakwa kepada Allâh عزوجل dan hendaklah mereka merasa selalu diawasi oleh Allâh عزوجل dengan melaksanakan perintahperintah dan menjauhi larangan-larangan. Jika ada sesuatu yang terjadi pada mereka, maka hendaklah mereka segera bertaubat kepada Allâh عزوجل , segera melakukan introspeksi terhadap diri dalam rangka mencari sebab turunnya musibah itu. Karena Allâh عزوجل berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahanmu).

(QS. Asy-Syuura/42:30)

Kaum Muslimin wajib bertaubat dari perbuatan mereka yang kurang dalam menjalankan ketaatan atau dari perbuatan mereka yang berani melanggar larangan. Karena taubat merupakan salah satu faktor diangkatnya musibah. Mereka juga wajib bersabar dan berharap pahala disisi Allâh عزوجل dari musibah yang mendera mereka.

Allâh عزوجل berfirman, yang artinya, “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innâ lillâhi wa innâ lilaihi râji’ûn.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah/2:155-157)

Allâh عزوجل juga berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allâh; dan barangsiapa yang beriman kepada Allâh niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allâh Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun/64:11)

Artinya, orang tertimpa musibah lalu dia tahu bahwa musibah itu sesuai dengan qadha’ dan qadar Allâh عزوجل , lalu dia bersabar dan berharap pahala dari Allâh عزوجل , dan tunduk kepada ketentuan Allâh, maka Allâh عزوجل akan membimbing hati orang itu agar menjadi yakin. Sehingga, hatinya akan

mengetahui dan meyakini bahwa apapun yang telah ditetapkan akan menimpanya, maka itu tidak akan pernah melenceng dan apapun yang telah ditetapkan untuk tidak menimpanya, maka itu tidak akan pernah menimpanya dan dia juga percaya bahwa Allâh عزوجل akan mengganti kerugiannya di dunia dengan petunjuk, keyakinan yang benar.

Terkadang Allâh عزوجل mengganti sesuatu yang diambil darinya atau terkadang diganti dengan sesuatu yang lebih baik.

Mengenai beberapa peristiwa alam, seperti gerhana matahari atau bulan atau yang sejenisnya, ada yang sudah ketahui oleh umat manusia sebelum peristiwa itu terjadi melalui metode hisab atau dengan tanda-tanda yang ada, namun itu sama sekali tidak menafikan kemahakuasaan Allâh عزوجل dan tidak bisa menghilangkan rasa takut dari

para hamba-Nya. Karena Allâh عزوجل maha kuasa untuk melangsungkan peristiwa itu kapan saja Dia mau. Allâh عزوجل berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ

إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ

وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allâh.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu tidak berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira dengan apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allâh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid/57:22-23)

Ketika terjadi gerhana matahari di zaman Rasûlullâh ﷺ , setelah mengimami para Sahabatnya shalat, Beliau ﷺ menyampaikan khutbah yang maknanya mendalam. Beliau ﷺ menyampaikan bahwa bulan dan matahari itu adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allâh عزوجل . Keduanya tidak akan gerhana karena kematian seseorang atau hidupnya seseorang. Akan tetapi, Allâh عزوجل mengirim keduanya untuk menakut-nakuti para hamba-Nya. Lalu Rasûlullâh ﷺ menyuruh mereka

untuk melaksanakan shalat, bersedekah, bertakbir, berdzikir, beristighfar dan melakukan pembebasan budak. Rasûlullâh ﷺ bersabda:

Wahai umat Muhammad! Demi Allâh! Tidak ada yang lebih cemburu daripada Allâh عزوجل (saat) ada hambaNya yang laki dan yang perempuan berzina! Wahai umat Muhammad! Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.2

Faktanya, saat ini, banyak sekali kaum Muslimin yang meremehkan hak-hak Allâh عزوجل , yang mengabaikan kewajiban mentaati dan bertakwa kepada Allâh عزوجل .

Orang yang mau merenung sejenak, dia bisa mendengar dan melihat banyak sekali siksa yang Allâh عزوجل timpakan kepada umatumat terdahulu, seperti banjir, angin ribut, bumi diguncangkan, kelaparan, peperangan yang menghancurkan semuanya. Sebagaimana Allâh عزوجل menyebutkan dalam al-Qur’an sebagian siksa yang Allâh عزوجل timpakan kepada umat manusia yang durhaka dan menyimpang dari jalan yang

lurus dan mendustakan para rasul. Ini semua agar umat manusia bisa mengambil pelajaran dan mewaspadai amal perbuatan mereka sendiri. Allâh عزوجل berfirman:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allâh sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. AlAnkabut/29:40)

Sungguh, perbuatan-perbuatan maksiat dan dosa itu memiliki pengaruh buruk yang mencelakan hati, badan dan masyarakat serta bisa mengundang murka dan siksa Allâh عزوجل di dunia dan di akhirat. Siksa yang tidak ada seorang pun yang bisa mengetahuinya secara detail kecuali Allâh عزوجل semata. Perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat itu bisa menimbulkan beragam kerusakan pada air, udara, buah-buahan dan tempat tinggal.

Allâh عزوجل berfirman, yang artinya,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

(QS. Ar-Rûm/30:41)

Allâh عزوجل juga berfirman:

وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (130)

Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buahbuahan, supaya mereka mengambil pelajaran.

(QS. Al-A’raf/7:130)

Sungguh, pada berbagai bencana terdapat pelajaran. Orang yang berbahagia adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari yang dialami orang lain.

Singkat kata, semua keburukan dan siksa itu yang menimpa para hamba di dunia dan di akhirat itu disebabkan oleh dosa dan maksiat.

Diantara indikasi kerasnya hati seseorang –na’udzu billah- yaitu dia mendengar tentang ayat-ayat yang membuat bulu tengkuk berdiri dan menakutkan, yang membuat gunung-gunung tertunduk, namun dia tetap pada perbuatan buruk dan perbuatan maksiatnya. Dia terpedaya dengan ditundanya adzab Allâh عزوجل untuknya. Dia terus menjadi budak hawa nafsu dan syahwatnya tanpa peduli dengan ancaman Allâh عزوجل . Allâh عزوجل berfirman:

وَيْلٌ لِّكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8)

Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allâh dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih. (QS. Al-Jâtsiyah/45:7-8)

Terus menerus melakukan perbuatan maksiat saat beberapa siksa menimpa juga menunjukkan bahwa imannya lemah atau bahkan tidak ada keimanan sama sekali –na’udzu billah-.

Allâh عزوجل berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96)

 وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabbmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih. (QS. Yûnus/10:96-97)

Allâh عزوجل berfirman,

قُلِ انظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَن قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ (101)

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allâh dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yûnus/10:101)

Dan Allâh عزوجل berfirman:

 

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14)

كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ (15)

ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ (16)

ثُمَّ يُقَالُ هَٰذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ (17)

Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.

Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.

Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kami dustakan”. (QS. Muthafifin/83:14-17)

Wahai saudaraku seiman!

Telah terjadi beberapa waktu yang lalu kejadian besar sebagai peringatan dan pelajaran bagi mereka yang bisa mengambil pelajaran

darinya dan sudah selayaknya bagi orang-orang beriman mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di alam ini.

Allâh عزوجل berfirman:

فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ (2)

Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. AlHasyr/59:2)

Kejadian yang tersebar beritanya di radio dan kita baca di koran dan majalah serta disaksikan oleh manusia di layar-layar kaca serta dibicarakan banyak orang yaitu berupa gempa yang telah meluluhlantakkan banyak tempat dan daerah.

Gempa itu mengakibatkan banyak nyawa melayang, harta benda hancur juga pemukiman penduduk, korban luka-luka berjatuhan, dan

mengharuskan mengungsi. Juga banyak yang kehilangan anggota keluarga, sehingga banyak wanita menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim. Semua itu terjadi dalam waktu singkat.

Ini menunjukkan atas kebesaran Allâh dan kemampuan-Nya sementara para hamba bagaimanapun kedudukannya di dunia dan seperti apapun besarnya kekuasaan dan kekuatannya, dia tetap lemah dihadapan kehendak Allâh عزوجل .

Diantara kewajiban setiap Muslim adalah menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran dan nasehat. Hendaklah mereka bertaubat kepada Allâh dan kembali kepada-Nya dan segera menjauhi sebab-sebab kemurkaan-Nya dan hukuman-Nya.

Kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang telah wafat, semoga mereka mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allâh. Dan untuk yang

masih hidup, kita doakan, semoga mereka tetap sabar dan tenang menghadapi keadaan ini serta turut berduka atas apa yang telah menimpa mereka. Semoga Allâh عزوجل menjadikan musibah yang terjadi sebagai penggugur kesalahankesalahan mereka dan pengangkat derajat mereka dan peringatan bagi hati-hati kita semua yang telah lalai.

Sebagaimana wajib atas kita untuk membantu dan bekerjasama dengan mereka dan berlemah lembut kepada mereka dengan memberikan apa yang bermanfaat dari harta kita sebagai bantuan kebaikan dan sedekah kepada mereka, juga sebagai hiburan untuk meringankan beban musibah mereka.

Allâh عزوجل berfirman:

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (20)

dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allâh sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allâh; Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Muzammil/73:20)

Dan Allâh عزوجل berfirman:

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (39)

dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allâh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.(QS. Saba’/34:39)

Dan Allâh عزوجل berfirman:

وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allâh, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-Baqarah/2:195)

Dan Nabi ﷺ bersabda:

من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة. ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة. ومن ستر مسلماً ستره الله في الدنيا والآخرة، والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه

Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari orang Mukmin ,maka Allâh pasti melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat.

 Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang sedang kesulitan (dalam masalah hutang) niscaya Allâh memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.

Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allâh pun menutup (aib) nya di dunia dan akhirat, Allâh tetap (selalu) menolong seorang hamba selama si hamba menolong saudaranya (sesamanya) (HR. Muslim)

Dan Beliau ﷺ bersabda:

من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته

Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya niscaya Allâh akan mencukupi kebutuhannya.

Dan Beliau ﷺ bersabda:

المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا

Seorang Mukmin dengan Mukmin yang lain seperti satu bangunan, satu dengan lainnya saling menguatkan. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)

Dan Beliau ﷺ bersabda:

«مَثَلُ المُؤْمِنِينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الجَسَدِ إذا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى له سَائِرُ الجَسَدِ بالسَّهَرِ والحُمَّى»

Permisalan kaum Mukminin dalam kecintaan, kasih sayang dan kelemahlembutan mereka seperti satu jasad. Jika satu anggota tubuh mengeluh merasa sakit maka anggota tubuh yang lain akan ikut merasakannya dengan bergadang dan demam (Muttafaq ‘alaih)

Maka hendaknya kita segera mengulurkan tangan memberi bantuan kebaikan kepada saudara-saudara kita dan mencurahkan apa yang kita mampu dalam rangka mewujudkan makna ukhuwah islamiyah yang diisyaratkan dalam banyak hadits shahih, dan agar kita memperoleh balasan pahala yang besar yang telah dijanjikan Allâh untuk orang-orang yang berinfak dan berbuat baik.

Semoga Allâh عزوجل memberikan taufik kepada kaum Muslimin secara umum dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah secara khusus agar bersabar dan mengharap pahala dan melipatgandakan bagi kita dan bagi mereka balasan dan pahala serta menurunkan ketenangan dan ketentraman dan kebaikan.

Semoga Allâh عزوجل memberikan karunia untuk semuanya agar bertaubat dengan taubat nasuha, istiqamah di atas kebenaran dan menjauhi semua perkara yang mendatangkan murka Allâh dan hukuman-Nya. Sesungguhnya Allâh yang berhak atas hal itu dan maha kuasa atasnya. [ ]

 


Footnone:

1 HR. An-Nasa’i, no. 1286 dan Abu Daud, no. 1301

2


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/hikmah-allah-menguji-para-hamba-nya-dengan-berbagai-musibah/